Pendidikan Inklusif Adalah :: Inklusif atau inclusion dalam bahasa inggris adalah sikap mengajak atau mengikutsertakan. Inklusif juga bisa berarti memahami sudut pandang orang atau kelompok lain dengan latar belakang yang berbeda.
Kata inklusif sendiri sering dilekatkan pada kehidupan sosial dan dunia pendidikan. Apa sebenarnya inklusif itu? Berikut penjelasan lengkap beserta contoh sikap dan perilakunya.
Apa itu Inklusif?
Inklusif diserap dari bahasa Inggris ‘inclusion’ yang memiliki arti mengajak atau mengikutsertakan kelompok lain yang beragam. Mengutip Dinar Westri Andini dan kawan-kawan dalam buku Pengembangan Kurikulum dan Implementasi Pendidikan Inklusif di Sekolah Dasar, konsep inklusivitas digunakan sebagai pendekatan untuk membangun dan mengembangkan lingkungan yang terbuka bagi semua orang dengan berbagai latar belakang.
Perbedaan latar belakang meliputi karakteristik, kemampuan, status, kondisi, suku, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Inklusivitas berarti membuka kesempatan yang sama bagi semua orang untuk memperoleh hak dan menjalankan kewajiban secara setara.
Dalam dunia pendidikan, istilah pendidikan inklusif mengacu pada pengintegrasian anak dengan jenis hambatan atau perbedaan tertentu dalam program pendidikan formal. Tujuannya agar anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal.
Inklusif dalam Masyarakat
Istilah inklusif juga digunakan dalam kehidupan sosial sehari-hari. Masyarakat inklusif adalah masyarakat yang mampu menerima berbagai bentuk keragaman dan keberadaannya. Mengutip website Dinsos Kabupaten Buleleng, keberagaman dan perbedaan diakomodasi ke dalam berbagai tatanan dan infrastruktur dalam kehidupan bermasyarakat.
Sementara itu, inklusivitas adalah pengakuan dan penghargaan terhadap keberadaan atau eksistensi perbedaan dan keragaman. Misalnya, penyandang disabilitas atau orang berkebutuhan khusus harus diperlakukan sama, tidak diskriminatif dan semena-mena, serta mendapat penghormatan dan penghargaan.
Manfaat Sikap Perilaku Inklusif dalam Masyarakat
Perilaku inklusif dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab, sikap perilaku ini menimbulkan berbagai manfaat. Mengutip Sumber Belajar Kemdikbud, berikut manfaat dari sikap perilaku inklusif dalam bermasyarakat.
- Menghargai perbedaan, sehingga memupuk persaudaraan
- Memperkuat modal sosial dan pengembangan jaringan
- Memupuk masyarakat yang terbuka dan saling menghargai
- Mengedepankan budaya musyawarah dalam memecahkan persoalan
- Terciptanya ketentraman dan kedamaian
- Terhindar dari pertikaian atau perpecahan
Perbedaan Inklusif dan Eksklusif
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, inklusif merupakan serapan kata bahasa Inggris ‘inclusion’ yang memiliki arti mengajak masuk atau mengikutsertakan. Kata ini menggambarkan tindakan di mana keberagaman dan keberbedaan diterima secara setara dan diperlakukan sama.
Sementara itu, mengutip situs Dinas Sosial Riau, lawan katanya adalah eksklusif yang berasal dari kata ‘exclusion’ yang berarti sikap memisahkan atau mengeluarkan. Kata ini biasanya menggambarkan suatu golongan atau kelompok dengan ciri-ciri khusus yang sama dan memisahkan diri dari kelompok dengan ciri-ciri berbeda.
Contoh Sikap Perilaku Inklusif dalam Masyarakat
Bagaimana sikap dan perilaku inklusif diterapkan dalam masyarakat sehari-hari? Berikut contohnya, mengutip situs Desa Inklusi dari Yayasan Karinakas.
- Inisiatif membangun jalan dan lingkungan yang ramah anak, difabel, orang tua, dan kelompok masyarakat lainnya yang membutuhkan.
- Saling bertanggung jawab mengupayakan ketersediaan layanan dan sarana bagi semua masyarakat, beserta kemudahan aksesnya.
- Bersikap terbuka pada perbedaan ras, suku, agama, dan ideologi dalam lingkungan tetangga, sekolah, dan kerja.
- Menjalankan peran sesuai kapasitas masing-masing dan tidak mengecilkan orang lain dengan peran berbeda, karena pada akhirnya semua saling melengkapi.
Hal yang Dilakukan Pemimpin Inklusif
Untuk membentuk masyarakat yang inklusif, dibutuhkan pemimpin yang bersikap inklusif juga. Pemimpin inklusif adalah sosok pemimpin yang sadar akan bias yang dimiliki dirinya sendiri. Kemudian berupaya aktif mencari dan mempertimbangkan setiap sudut pandang yang berbeda untuk mengambil keputusan.
Berikut hal-hal yang perlu dilakukan oleh seorang pemimpin agar memiliki sikap perilaku inklusif, dilansir situs SDGs Youth Hub.
1. Berkomitmen
Pemimpin inklusif memiliki komitmen terhadap keberbedaan dan keberagaman. Ia memperlakukan semua yang dipimpinnya secara adil dan hormat, memahami bahwa setiap individu memiliki keunikan tersendiri, dan memastikan semuanya terlibat dalam memecahkan persoalan.
2. Sadar Bias
Pemimpin inklusif menyadari bahwa dirinya sendiri memiliki bias dalam berpikir. Kesadaran itu membuatnya terbuka pada berbagai saran dan umpan balik yang disampaikan berbagai pihak untuk melengkapi kelemahannya. Pemimpin inklusif juga tidak segan mengakui kesalahan dan memperbaikinya.
3. Rasa Ingin Tahu Tinggi
Pemimpin inklusif memiliki keingintahuan yang tinggi dan terbuka pada berbagai ide dan sudut pandang yang berbeda. Pemimpin dengan sifat ini mampu mendengarkan opini pihak lain tanpa cepat-cepat menghakimi.
4. Berani
Perbedaan sering kali menimbulkan konflik. Namun, pemimpin inklusif berani untuk menghadapi perbedaan tersebut, bahkan mewadahinya agar justru dapat berkolaborasi menghasilkan sesuatu yang positif. Ia menciptakan ruang seluas-luasnya agar setiap kelompok dapat berkontribusi secara aktif.
5. Berkolaborasi
Menyambung sikap sebelumnya, pemimpin inklusif mengedepankan kolaborasi dalam setiap pengambilan keputusan dan kerjanya. Dia tidak bekerja sendiri atau mengambil semua kredit untuk dirinya sendiri, tetapi juga melibatkan pihak lain. Pemimpin inklusif mengutamakan soliditas tim.
6. Kecerdasan Budaya
Pemimpin inklusif pasti memiliki kecerdasan budaya, atau menyadari dan memperhatikan perbedaan budaya orang lain kemudian beradaptasi dengannya.
Apa Itu Pendidikan Inklusif?
Mengutip Olifia Rombot dalam jurnal Pendidikan Inklusif PGSD Binus, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik dengan kelainan dan memiliki potensi kecerdasan serta bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan dan pembelajaran yang sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pendidikan inklusif diselenggarakan dengan dasar dari UUD 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Peran Orang Tua dalam Pendidikan Inklusif
Orangtua memiliki peran penting dalam terselenggaranya pendidikan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Dilansir situs Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Buleleng, berikut peran yang dijalankan orangtua dalam pendidikan inklusif.
- Sebagai pendamping utama dalam membantu tercapainya tujuan pendidikan inklusif.
- Sebagai advokat yang mengusahakan dan menjaga hak anak dalam mendapatkan layanan pendidikan inklusif sesuai kebutuhannya.
- Sebagai sumber data yang akurat mengenai diri anak dalam usaha memfasilitasi pendidikan anak.
- Sebagai guru yang mendidik anak di luar jam sekolah.
- Sebagai penentu karakteristik dan jenis terapi anak di luar jam sekolah.
Baca Juga :Â Pendidikan Inklusi: Pengertian, Tujuan, dan Karakteristik
Nah, demikian penjelasan lengkap tentang inklusif dan pendidikan inklusif. Menurut Anda, bagaimana pendidikan dan kehidupan bermasyarakat di sekitar Anda saat ini? Apakah sudah inklusif? Selamat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.